Label

Kamis, 27 Desember 2012

JENIS MANUSIA PURBA DI INDONESIA

1. Pithecanthropus
a. Pithecanthropus Erectus
b. Pithecanthropus Mojokertensis
c. Pithecanthropus Soloensis
2. Meganthropus Palaeojavanicus
3. Homo
4. Hobbit

Pithecanthropus

Pada tahun 1890 Eugene Dubois menemukan fosil jenis Pithecanthropus di desa Trinil(Ngawi)Jawa Timur di dekat lembah sungai Bengawan Solo, dengan memberi nama Pithecanthropus Erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak.
Ciri-ciri Pithecanthropus Erectus :

Tulang Rahang dan Gigi Besar dan Kuat
Tidak Berdagu
Tingi Badan Sekitar 165-170 cm
Berbadan dan Berjalan Tegak
Kening Menonjol

Pithecanthropus Mojokertensis
Pada tahun 1936, telah ditemukan fosil tengkorak anak manusia purba oleh Weidenreich didesa Jetis, Mojokerto. Fosil manusia purba tersebut diberi nama Pithecanthropus Robustus, sedang Von Koeningswald menyebutnya Pithecanthropus Mojokertensis.

Pithecanthropus Soloensis
G.H.R. Von Koeningswald, Oppenorth, dan Ter Haar pada sekitar tahun 1931-1934 mengadakan penelitian di Lembah Sungai Bengawan Solo dan penemuan pertama di Ngandong(Blora) adalah fosil Pithecanthropus Soloensis artinya manusia kera dari Solo, kemudian ditemukan juga jenis Pithecanthropus di Sangiran yang diperkirakan hidup pada 900.000 sampai 200.000 tahun yang lalu diperkirakan terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Cina.

Meganthropus Palaeojavanicus
Yaitu manusia purba paling primitif(tua), ditemukan oleh G.H.R. Von Koeningswald di daerah Sangiran pada lapisan pleistosen bawah(lapisan pucangan)pada tahun 1936 dan 1941. Hasil temuan fosil tersebut berupa tulang bagian bawah dan atas. Fosil yang serupa juga ditemukan Marks dilapisan Kabuh(pleistosen tengah) pada tahun 1952. Berdasarkan penelitian tulang rahang atas dan tulang rahang bawah, makanan Meganthropus Palaeojavanicus adalah tumbuh-tumbuhan. Karena makanannya tanpa melalui proses pemasakan, maka gigi rahangnya besar dan kuat. Meganthopus diperkirakan hidup pada 2-1 juta tahun yang lalu. Sesuai Dengan arti namanya, manusia purba besar dan tertua di Pulau Jawa.

Ciri-Ciri Meganthropus Palaeojavanicus :
Tubuh Kekar
Rahang Dan Geraham Yang Besar
Tidak Berdagu

Homo
Homo artinya manusia. Jenis manusia purba yang paling maju dibandingkan dengan yang lainnya. Terdapat 2 jenis Homo yang ditemukan di Indonesia yakni Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Penemuan fosil jenis Homo diawali pada tahun 1889, ketika Von Rietschoten menemukan beberapa bagian dari tengkorak dan rangka manusia di daerah dekat Tulungagung,Jawa Timur. Temuan tersebut selanjutnya diselidiki oleh Dr. Eugene Dubois dan menamainya Homo Wajakensis termasuk ras asli Australia.

Ciri-Ciri Homo :
Berbadan Tegap
Tingginya Sekitar 180 Cm
Memiliki Volume Otak Kecil, Yaitu Sekitar 1.000-1.300 Cc
Tengkoraknya Lebih Besar Dibanding Pithecanthropus

Hobbit
Para ilmuwan telah menemukan fosil-fosil tengkorak dari suatu spesies manusia yang tumbuh tidak lebih besar dari kanak-kanak berusia lima tahun. Manusia kerdil yang memiliki tengkorak seukuran buah jeruk ini diduga hidup 13.000 tahun lalu, bersama gajah-gajah pigmi dan kadal-kadal raksasa seperti Komodo. Indonesia.
Tengkorak pertama dari spesies yang kemudian disebut sebagai Homo floresiensis atau Manusia Fores itu ditemukan September 2003. Ia berjenis kelamin perempuan, tingginya saat berdiri tegak kira-kira satu meter, dan beratnya hanya 25 kilogram. Ia diduga berumur sekitar 30 tahun saat meninggal 18.000 tahun lalu.
»»  READMORE...

PENGERTIAN SEJARAH DAN PRASEJARAH

A.       Pengertian Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Apabila kita melihat pohon secara terbalik, kita dapat menghubungkannya dengan bentuk penggambaran silsilah keturunan.
Sejarah dalam arti sempit, adalah segala sesuatu yang terjadi di waktu lampau. Dapat pula dikatan bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan mempelajari sejarah, kita dapat mengetahui kehidupan budaya manusia pada masa lampau, perekonomiannya, kenegaraannya, bentuk bangunannya, hasil karyanya, serta mengetahui bagaimana perjuangan manusia dalam mempertahankan hidupnya. Ingatlah bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai sejarah bangsanya.

B.       Sumber Sejarah
Ada tiga macam sumber sejarah, yaitu sebagai berikut.
·           Sumber lisan, adalah keterangan berupa ucapan atau perkataan dari orang-orang yang mengalami peristiwa secara langsung atau menjadi saksi langsung dari peristiwa tersebut.
·           Sumber tertulis, adalah sumber yang berupa prasasti-prasasti, dokumen, naskah, babad, rekaman, dan tulisan yang terdapat pada benda seperti batu, logam, kayu, bambu, gerabah, tulang, tanduk, daun lontar.
·           Sumber benda, adalah sumber yang berupa peninggalan-peninggalan sejarah ataupun benda-benda budaya seperti kapak, geranah, perhiasan, manik-manik.
Sumber sejarah tidak langsung dapat digunakan untuk mempelajari sejarah. Sumber tersebut harus di verifikasi sehingga layak untuk dijadikan referensi dalam mempelajari sejarah. Verifikasi yaitu kritik sumber yang terdiri dari hal-hal berikut:
1.        Kritik ekstern, kritik mengenai keaslian sumber (otentisitas).
2.        Kritik intern, kritik apakah sumber tersebut dapat dipercaya atau tidak (keabsahan/kredibilitas).

C.       Pengertian Zaman Prasejarah dan Zaman Sejarah
Zaman prasejarah adalah zaman ketika manusia belum mengenal atau menggunakan tulisan. Sedangkan zaman sejarah adalah zaman ketika manusia mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman sebelum manusia mengenal tulisan disebut zaman prasejarah. Pra berarti sebelum, sedangkan sejarah adalah cerita atau kisah manusia pada masa silam yang belum ada bukti  tertulis. Zaman prasejarah juga biasa disebut zaman praaksara, pra artinya tulisan dan aksara artinya tulisan. Juga dikenal  zaman nirleka (nir  : tidak, leka : tulisan), jadi nirleka adalah zaman tanpa tulisan.
Setiap daerah memasuki zaman sejarah berbeda-beda, cepat tidaknya suatu bangsa memasuki zaman sejarah tergantung dari tinngi rendahnya tingkat kebudayaan yang sudah mereka miliki dan sudah adanya bukti tertulisnya. Contohnya Indonesia, diperkirakan memasuki zaman sejarah pada abad ke-4 Masehi (sekitar tahun 400-an) dengan diketemukannya sebuah sumber tertulis dari kerajaan Kutai, di Kalimantan Timur, yang berupa Yupa (tugu batu pengikat hewan kurban) sebanyak 7 buah yang berisi cerita tentang kerajaan Kutai dengan menggunakan huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Akan tetapi, di Mesir mereka sudah memasuki zaman sejarah jauh lebih dulu, yakni sekitar 4000 SM.
»»  READMORE...

Selasa, 25 Desember 2012

PEMBAGIAN ZAMAN PRASEJARAH BERDASARKAN GEOLOGI

Pembagian zaman prasejarah berdasarkan geologi

Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Geologi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari:
a. ARKAEKUM / zaman tertua Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Dari penjelasan ini tentu Anda ingin bertanya kapan muncul kehidupan? Untuk itu simak uraian berikutnya.
b. PALEOZOIKUM / zaman primer atau zaman hidup tua Zaman ini berlangsung 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung.gambaran kehidupan pada jaman Palaezoikum.
c. MESOZOIKUM/zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan Zaman ini berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan ijenis reptil mencapai tingkat yang terbesar seperti gambar 5 sehingga pada zaman ini sering disebut juga dengan zaman reptil. Setelah berakhirnya zaman sekunder ini, maka muncul kehidupan yang lain yaitu jenis burung dan binatang menyusui yang masih rendah sekali tingkatannya. Sedangkan jenis reptilnya mengalami kepunahan. Selanjutnya berlangsunglah zaman hidup baru seperti yang diuraikan pada materi berikut ini.
d. NEOZOIKUM / zaman hidup baru Zaman ini dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu: 1.Tersier / zaman ketiga Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang terpenting dari zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti jenis primat, contohnya kera. 2. Kuartier/zaman keempat Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Dan zaman ini dibagi lagi menjadi dua zaman yaitu yang disebut dengan zaman Pleistocen dan Holocen.

Untuk memahami zaman tersebut, maka Anda dapat menyimak pada uraian berikut ini: Zaman Pleitocen/Dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba. Zaman Holocen/Alluvium berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu dan terus berkembang sampai dewasa ini. Pada zaman ini ditandai dengan munculnya manusia jenis Homo Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti manusia sekarang.
»»  READMORE...

PEMBABAKAN ZAMAN PRASEJARAH BERDASARKAN ARKEOLOGI

Pembabakan Zaman Prasejarah Berdasarkan Arkeologi 

 

1. Zaman Paleolitikum

Zaman paleolotikum berarti zaman batu tua.Zaman ini ditandai dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif.Ciri – ciri kehidupan manusia pada zaman ini yaitu hidup berkelompok ( tinggal disekitar aliran sungai,gua atau di atas pohon ) dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan ( food gathering ) serta berburu.Oleh karena itu,manusia purba selalu berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain ( nomaden ).Jenis manusia purba Indonesia yang hidup pada zaman ini antara lain Pithecanthropus erectus,pithecantropus robustus dan Meganthropus palaeojavanicus.Selanjutnya hidup berbagai jenis homo ( manusia ) diantaranya Homo soloensis dan Homo wajakensis.
 2. Zaman Mesolitikum
Zaman mesolitikum disebut juga zaman batu madya / tengah.Zaman ini disebut pula zaman mengumpulkan makanan ( food gathering ) tingkat lanjut,Yang dimulai pada akhir zaman es,sekitar 10.000 tahun yang lalu.Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa melanesoid yang menyerupai nenek moyang orang Papua,Sakai,Aeta,dan Aborigin.Seperti halnya zaman palaeolitikum,zaman mesolitikum mendapat makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan.Mereka tinggal di gua – gua di bawah bukit karang ( abris soucheroche ) ,tepi pantai dan ceruk pegungungan.Gua abris souche roche menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.Hasil peninggalan manusia pada masa itu adalah menyerupai alat – alat kesenian yang ditemukan di gua – gua dan coretan pada dinding gua seperti di gua leang – leang,sulawesi selatan,yang ditemukan oleh Ny.Heeren Palm pada 1950.Van Stein Callenfels menemukan alat 0 alat tajam berupa mata panah,flakes,serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung Ponorogo dan Madiun.Pada masa ini ditemukan juga kjokken moddinger yaitu dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang  pantai timur Sumatra.Peralatan yang ditemukan di tempat itu adalah kapak genggam Sumatra,Pabble culture dan alat berburu dari tulang hewan.
3. Zaman Neolitikum
Zaman neolitikum berarti zaman batu muda.Di indonesia,zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM.Cara hidup untuk memenuthi kebutuhan hidupnya mengalami perubahan pesat dari cara food gathering menjadi food producting yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak.Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.Pada masa Neolitikum,manusia purba telah membuat lumbung – lumbung guna menyimpan padi dan gabah.Tradisi seperti ini masih ditemukan di daerah badui di banten.manusia purba telah mengenal 2 jenis peralatan yakni beliung persegi dan kapak lonjong.beliung persegi menyebar di Indonesia bagian barat diperkirakan budaya ini disebarkan dari yunani di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Indonesia.Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang kemudian menyebar ke Taiwan,Filipina,sulawesi utara,maluku,irian,dan kepulauan Melanesia

4. Zaman Perunggu
pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi - Dimulainya zaman perunggu,bukan berarti zaman batu juga telah berakhir.Zaman perunggu hanyalah untuk menyatakan jika manusia lebih banyak menggunakan alat – alat dari perunggu.Kebudayaaan zaman perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia ( proto melayu ) dengan bangsa mongoloid sehingga membentuk ras  deutro melayu ( melayu muda ).Disebut zaman perunggu karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian dalam melebur perunggu.Di kawasan asia tenggara penggunaan logam dimulai tahun 3000-2000 SM.Masa menggunakan logam di kehidupan manusia purba Indonesia disebut masa perundagian.Alat besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat keperluan sehari – hari seperti pisau,sabit,mata kapak,pedang,dan mata tombak.Pembuatan alat besi memerlukan tehnik khusus yang mungkin hanya dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat.Yakni golongan undagi.Di luar Indonesia,berdasar dari bukti arkeologis,sebelum manusia menggunakan logam besi,mereka telah mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu.Mengolah bijih menjadi logam lebih mudah untuk temgbaga daripada besi.Tehnik peleburan besi ini berasal dari budaya Dongson di Tonkin ( vietnam ).Kapak – kapak perunggu yang dibuat di Indonesia terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran.Salah satu bentuk yang menarik adalah kapak candrasa yangditemukan di Jawa dan Kapak – Kapak upacara lain yang ditemukan di bali dan Roti.Candrasa dari pulau roti dibuat dari perunggu berukuran 78 x 41,5 cm.Pada mata kapak ini terdapat hiasan kepala manusia atau topeng dengan kedua telapak tangan terbuka disamping pipinya,dipadu dengan hiasan pola garis – garis.Alat yang terkenal pada zaman ini adalah nekara yang digunakan sebagai genderang perang dan keperluan upacara keagamaan.
»»  READMORE...

Komponen Peta

Komponen Peta

Peta adalah gambar sebagian atau seluruh permukaan bumi pada bidang datar, diperkecil dengan skala dan proyeksi tertentu.

Jenis-jenis Peta 



Jenis Peta berdasarkan informasi atau isinya peta :
  1. Peta umum (peta ikhtisar), adalah peta yang menggambarkan segala sesuatu di permukaan bumi secara umum. Peta umum dibedakan menjadi  dua,  yaitu  peta  chorografi  dan  peta  topografi.  Peta  chorografi adalah peta yang menampilkan permukaan bumi secara umum, seperti peta dunia, peta benua,  dan peta  kabupaten. Peta topografi  adalah  peta  yang  menampilkan  relief  permukaan  bumi.
  2. Peta khusus (tematik) adalah peta yang hanya menggambarkan kenampakan tertentu saja di permukaan bumi. Contoh peta tematik antara  lain  peta  pariwisata,  peta  kepadatan  penduduk, peta  pertambangan,  dan  sebagainya.

Jenis Peta berdasarkan skalanya :

1 . Peta  kadaster,  berskala  1:  100  s.d.  1:  5.000.
2 . Peta  skala  besar,  berskala  1  :  5.000  s.d.  1: 250.000.
3 . Peta  skala  sedang,  berskala  1:  250.000  s.d  1: 500.000.
4 . Peta skala kecil, berskala 1: 500.000 s.d 1:1.000.000.
5 . Peta  skala  sangat  kecil,  berskala  lebih  besar dari  1  :  1.000.000

Jenis Peta Berdasarkan Sifat Datanya


Peta stasioner. Peta stasioner adalah peta yang sifat datanya menggambarkan keadaan permukaan bumi yang tetap atau relatif stabil.
Contohnya:
Peta geologi
Peta kontur
Peta laut menurut kedalamannya
Peta topografi
Peta jalur pegunungan

Peta dinamis. Peta dinamis adalah peta yang sifat datanya menggambarkan keadaan permukaan bumi yang bersifat dinamis atau berubah-ubah.
Contoh:
Peta kepadatan penduduk
Peta penyebaran penduduk memperlihatkan tingkat kepadatan penduduk di suatu tempat pada suatu wilayah.
Peta jaringan transportasi
Peta jaringan irigasi
Peta jaringan telepon

Jenis Peta Berdasarkan Bentuknya

Peta timbul. Peta timbul adalah peta yang dibuat berdasarkan bentuk permukaan bumi yang sebenarnya, misalnya peta relief.

Peta dasar (peta biasa). Peta dasar adalah peta yang menggambarkan keadaan suatu wilayah yang belum diberi data, misalnya peta dasar Indonesia atau peta dasar Pulau Jawa. Dengan adanya peta dasar tersebut kita dapat membuat berbagai jenis peta yang kita inginkan.

Peta digital. Peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada pita magnetik, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya menggunakan komputer, misalnya peta yang digambarkan melalui layar televisi atau layar komputer.



Komponen/Kelengkapan  Peta  terdiri atas :


1. Judul Peta

Judul peta menunjukkan data dan daerah yang tergambar dalam peta tersebut.
Contoh:
  • peta penyebaran penduduk pulau Jawa.
  • peta bentuk muka bumi Asia.
  • peta Indonesia.

Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum pembaca memperhatikan isi peta, pasti terlebih dahulu judul yang dibacanya. Judul peta hendaknya memuat/mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta. Selain itu, judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta.

Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta. Tetapi judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan tidak mengganggu kenampakan dari keseluruhan peta.


2.  Skala Peta

Skala pada peta adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi.
Contoh:
Skala 1 : 500.000 artinya 1 cm jarak di peta sama dengan 500.000 cm ( 5Km) jarak sebenarnya di permukaan bumi.
Bila ingin menyajikan data secara rinci, maka gunakanlah skala besar, (1 : 5.000 sampai
1 : 250.000). Sebaliknya bila ingin menunjukkan data secara umum, gunakanlah skala kecil (1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih).


3.  Proyeksi Peta

Bumi kita merupakan bentuk tiga dimensi, tetapi peta merupakan bentuk dua dimensi. Walaupun demikian terdapat tiga aspek yang harus dipenuhi  oleh  sebuah  peta  yaitu  sebagai  berikut.
  • Conform,  berarti  bentuk  yang  digambarkan  di  peta  harus  sesuai  dengan aslinya.
  • Equivalent, berarti daerah yang digambar di peta harus sama luas dengan  aslinya.
  • Equidistant, berarti jarak yang digambar pada peta harus tepat perbandingannya dengan jarak sesungguhnya
Untuk menghindari terjadinya kesalahan yang lebih besar, dalam ukuran (luas, jarak) bentuk permukaan bumi pada peta, maka dalam pembuatan peta digunakan proyeksi peta. Proyeksi peta adalah teknik pemindahan bentuk permukaan bumi yang lengkung (bulat) ke bidang datar.

Macam-macam proyeksi peta adalah sebagai berikut.
a.    Proyeksi  azimuthal  (zenithal  projection),  adalah  bidang  proyeksi  yang berupa  suatu  bidang  datar  yang  menyinggung  bola,  pada  kutub  ekuator atau sembarang tempat yang terletak antara ekuator dan kutub. Proyeksi  ini  paling  baik  untuk  menggambar  daerah  di  sekitar  ekuator.
b.     Proyeksi  silinder  (Mercator  projection ),  adalah  semua  garhs  horizontal dan  meridian  berupa  garis  lurus  vertikal.  Proyeksi  ini  paling  tepat menggambarkan daerah ekuator sebab ke arah kutub terjadi pemanjangan garis.
c.    Proyeksi  kerucut  (conical  projection),  adalah  garis  yang  memotong  atau menyinggung  globe  dan  bentangannya  ditentukan  oleh  sudut  puncaknya. Proyeksi  ini  menggambarkan  daerah  dilintang  45°


4.  Legenda/Keterangan Peta

Legenda merupakan keterangan peta, memudahkan pembacaan dan penafsiran peta karena legenda menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat dalam peta.
Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta. Selain itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan.


5.  Petunjuk Arah/Tanda Orientasi

Petunjuk arah untuk menunjukkan arah Utara, Selatan, Timur dan Barat. Tanda orientasi perlu dicantumkan pada peta untuk menghindari kekeliruan. Petunjuk arah pada peta biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah Utara. Petunjuk ini diletakkan di bagian mana saja dari peta, asalkan tidak menganggu kenampakan peta.

6.  Simbol dan Warna

Gambar atau tanda untuk mewakili obyek agar penyajian informasi lebih sederhana dan sistematik.

a. Simbol peta.

a)      Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional, seperti simbol kota, titik trianggulasi (titik ketinggian) tempat dari permukaan laut. Contoh: simbol titik.
b)      Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data geografis seperti simbol sungai, batas wilayah, jalan, dsb. Contoh: simbol garis.
c)      Simbol luasan (area), digunakan untuk menunjukkan kenampakan area seperti: padang pasir, rawa, hutan. Contoh: simbol luasan (area).



b.  Warna

Perhatikanlah peta yang ada di sekolah Anda, warna apa saja yang ada pada peta tersebut? Peta yang berwarna akan lebih indah dilihat dan kenampakan yang ingin disajikan juga kelihatan lebih jelas.

Penggunaan warna pada peta harus sesuai maksud/tujuan si pembuat peta dan kebiasaan umum.
Contoh:
  • laut, danau digunakan warna biru.
  • temperatur (suhu) digunakan warna merah atau coklat.
  • curah hujan digunakan warna biru atau hijau.
  • dataran rendah (pantai) ketinggian 0 sampai 200 meter dari permukaan laut digunakan warna hijau. 
  • daerah pegunungan tinggi/dataran tinggi (2000 sampai 3000 meter) digunakan warna coklat tua.

Warna berdasarkan sifatnya, ada dua macam yaitu warna bersifat kualitatif dan bersifat kuantitatif.


7.  Sumber dan Tahun Pembuatan Peta

Bila Anda membaca peta, perhatikan sumbernya. Sumber memberi kepastian kepada pembaca peta, bahwa peta tersebut bukan hasil rekaan dan dapat dipercaya. Selain sumber, perhatikan juga tahun pembuatannya. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa sekarang atau sudah kadaluarsa karena sudah terlalu lama.

8. Inset


Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset bersifat menjelaskan wilayah pada peta utama.
Berdasarkan fungsinyanya, inset di bedakan menjadi 3 macam yaitu :
a.     Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relatif wilayah yang tergambar pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih kecil dari peta utama, untuk menjelaskan letak/hubungan antara wilayah pada peta utama dengan wilayah lain di sekelilingnya. Misalnya : lokasi relatif Pulau Kalimantan sebagai peta utama terlihat posisinya dengan pulau-pulau lain di sekitarnya pada inset peta wilayah Indonesia

b.     Inset yang berfungsi memperbesar/memperjelas sebagian kecil wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih besar dari peta pokok, mempunyai kegunaan untuk menjelaskan bagian dari peta pokok yang dianggap penting. Misalnya : lokasi permukiman yang penting pada suatu kota diperbesar sehingga menjadi lebih jelas.

c.     Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama dan juga merupakan peta utama yang disambung. Fungsi menyambung ini bertujuan untuk :
  • Menggambarkan wilayah pada peta utama yang terpotong karena keterbatasan pada media kertas/halaman.
  • Menggambar wilayah yang terpencar
  
9. Lettering (Tata Cara Penulisan pada Peta)

Untuk membuat tulisan pada peta ada kesepakatan di antara para ahli (kartografer) yaitu sebagai berikut:
  1. Nama geografi ditulis dengan bahasa dan istilah yang digunakan penduduk setempat.Contoh: Sungai ditulis Ci (Jawa Barat), Kreung (Aceh), Air (Sumatera Utara).Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring.
  2. Nama jalan ditulis harus searah dengan arah jalan tersebut, dan ditulis dengan huruf cetak kecil.
  3. Nama kota ditulis dengan 4 cara yaitu:
  • di bawah simbol kota.
  • di atas simbol kota.
  • di sebelah kanan simbol kota.
  • di sebelah kiri simbol kota.
Letak komponen peta 

Komposisi Peta Topografi Baru
1. Judul peta
2. Skala angka
3. Nomor lembar peta seri
4. Daerah yang dicakup
5. Edisi (tahun), petunjuk letak peta
6. Keterangan proyeksi peta
7. Pengarang/penerbit
8. Petunjuk orientasi utara
9. Skala grafis
10. Pembagian daerah administrasi
11. Petunjuk pembacaan koordinat geografis
12. Grid lintang
13. Grid bujur
»»  READMORE...

Sabtu, 15 Desember 2012

KESENIAN GANDRUNG BANYUWANGI



A. Sejarah Gandrung
Gandrung Banyuwangi berasal dari kata Gandrung, yang berarti tergila-gila atau cinta habis-habisan. Tarian ini masih satu genre dengan tarian seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di Cilacap dan Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, yakni melibatkan seorang wanita penari professional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik atau gamelan.
Kesenian gandrung Banyuwangi muncul bersamaan dengan dibabadnya hutan “Tirtagondo” (Tirta arum) untuk membangun ibu kota Blambangan pengganti Pangpang (Ulu Pangpang) atas prakarsa Mas Alit yang dilantik sebagai bupati pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulupangpang. Demikian antara lain yang diceritakan oleh para sesepuh Banyuwangi tempo dulu.
Mengenai asalnya kesenian gandrung Joh Scholte dalam makalahnya antara lain menulis sebagai berikut: Asalnya lelaki jejaka itu keliling ke desa-desa bersama pemain musik yang memainkan kendang dan terbang dan sebagai penghargaan mereka diberi hadiah berupa beras yang mereka membawanya didalam sebuah kantong. (Gandroeng Van Banyuwangi 1926, Bab “Gandrung Lelaki”).
Apa yang ditulis oleh Joh Scholte tersebut, tak jauh berbeda dengan cerita tutur yang disampaikan secara turun-temurun, bahwa gandrung semula dilakukan oleh kaum lelaki yang membawa peralatan musik perkusi berupa kendang dan beberapa rebana (terbang). Mereka setiap hari berkeliling mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat Balambangan sebelah timur (dewasa ini meliputi Kab. Banyuwangi) yang jumlahnya konon tinggal sekitar lima ribu jiwa, akibat peperangan yaitu penyerbuan Kompeni yang dibantu oleh Mataram dan Madura pada tahun 1767 untuk merebut Blambangan dari kekuasaan Mangwi, hingga berakirnya perang Bayu yang sadis, keji dan brutal dimenangkan oleh Kompeni pada tanggal 11 Oktober 1772. Konon jumlah rakyat yang tewas, melarikan diri, tertawan, hilang tak tentu rimbanya atau di selong (di buang) oleh Kompeni lebih dari enam puluh ribu jiwa. Sedang sisanya yang tinggal sekitar lima ribu jiwa hidup terlantar dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan terpencar cerai-berai di desa-desa, di pedalaman, bahkan banyak yang belindung di hutan-hutan, terdiri dari para orang tua, para janda serta anak-anak yang tak lagi punya orang tua.(telah yatim piyatu) dan selain itu ada juga yang melarikan diri menyingkir ke negeri lain. Seperti ke Bali, Mataram, Madura dan lain sebagainya.
Setelah usai pertunjukan gandrung menerima semacam imbalan dari penduduk yang mampu berupa beras atau hasil bumi lainnya dan sebagainya. Dan sebenarnya yang tampaknya sebagai imbalan tersebut, merupakan sumbangan yang nantinya dibagi-bagikan kepada mereka yang keadaannya sangat memprihatinkan dipengungsian dan sangat memerlukan bantuan, baik mereka yang mengungsi di pedesaan, di pedalaman, atau yang bertahan hidup dihutan-hutan dengan segala penderitaannya walau peperang telah usai.
Mengenai mereka yang bersikeras hidup di hutan dengan keadaannya yang memprihatinkan tersebut, disinggung oleh C. Lekerkerker yang menulis beberapa kejadian setelah Bayu dapat dihancurkan oleh gempuran Kompeni pada tanggal 11 Oktober 1772, antara lain sebagai berikut; Pada tanggal 7 Nopember 1772, sebanyak 2505 orang lelaki dan perempuan telah menyerahkan diri ke Kompeni, Van Wikkerman mengatakan bahwa Schophoff telah menyuruh menenggelamkan tawanan laki-laki yang dituduh mengobarkan amuk dan yang telah memakan dagingnya dari mayatnya Van Schaar. Juga dikatakan bahwa orang-orang Madura telah merebut para wanita dan anak-anak sebagai hasil perang. Sebagian dari mereka yang berhasil melarikan diri kedalam hutan telah meninggal karena kesengsaraan yang dialami mereka. Sehingga udara yang disebabkan mayat-mayat yang membusuk sampai jarak yang jauh. Yang lainnya menetap dihutan-hutan seperti; Pucang Kerep, Kali Agung, Petang dan sebagainya. Dan mereka bersikap keras tetap tinggal dalam hutan dengan segala penderitaannya.
Berkat munculnya gandrung yang dimanfaatkan sebagai alat perjuangan dan yang setiap saat acap kali mengadakan pagelaran dengan mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat yang hidup bercerai-berai di pedesaan, di pedalaman dan bahkan sampai yang masih menetap di hutan-hutan dengan keadaannya yang memprihatinkan, kemudian mereka mau kembali kekampung halamannya semula untuk memulai membentuk kehidupan baru atau sebagaian dari mereka ikut membabat hutan Tirta Arum yang kemudian tinggal di ibukota yang baru di bangun atas prakarsa Mas Alit. Setelah selesai ibu kota yang baru dibangun dikenal dengan nama Banyuwangi sesuai dengan konotasi dari nama hutan yang dibabad (Tirta-arum). Dari keterangan tersebut terlihat jelas bahwa tujuan kelahiran kesenian ini ialah menyelamatkan sisa-sisa rakyat yang telah dibantai habis-habisan oleh Kompeni dan membangun kembali bumi Blambangan sebelah timur yang telah hancur porak-poranda akibat serbuan Kompeni (yaitu yang dewasa ini meliputi Daerah Kabupaten Banyuwangi).
Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.

B. Tata Busana Penari Gandrung
Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak.
  1. Bagian Tubuh
Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
  1. Bagian Kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.
Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.
  1. Bagian Bawah
Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.
  1. Lain-lain
Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.

C. Musik Pengiring
Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing. Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.

D. Tahapan-Tahapan Pertunjukkan
Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian:
  1. jejer
Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.
  1. maju atau ngibing
Setelah jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Sang gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.
Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repèn (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.
Tata cara untuk menari bagi tamu-tamu diatur oleh seorang pengatur acara yang disebut “gedog”, gedog itulah yang membagikan giliran menari bersama dengan Gandrung. Kebiasaanya didasarkan pada kedudukan setiap tamu di masyarakat atau penjabat tertinggi di lingkungannya para tamu yang lain. Gedog dalam mengatur giliran menari itu dilakukan dengan jalan menari seperlunya sambil membawa talam yang berisi sampur, gerakan gedog diikuti oleh penari gandrung di belakangnya..
Berdasarkan tradisi yang berlaku, jika acara mengundang Gandrung itu dalam rangka pesta perkawinan, yang menerima sampur untuk yang pertama kalinya adalah pengantin pria sebagai penghormatan atau tuan rumah yang punya hajat. Biasanya oleh pengantin pria atau oleh tuan rumah diwakilkan pada orang lain. Tetapi jika pengantin pria bersedia menari, hanya sekadar formalitas yang dilakukan sebentar, kemudian kembali ke pelaminan yang diantar oleh gedog.
  1. seblang subuh
Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian seblang subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya seblang lokento. Suasana mistis terasa pada saat bagian seblang subuh ini, karena masih terhubung erat dengan ritual seblang, suatu ritual penyembuhan atau penyucian dan masih dilakukan (meski sulit dijumpai) oleh penari-penari wanita usia lanjut. Pada masa sekarang ini, bagian seblang subuh kerap dihilangkan meskipun sebenarnya bagian ini menjadi penutup satu pertunjukan pentas gandrung.

E. Perkembangan Terakhir
Kesenian gandrung Banyuwangi masih tegar dalam menghadapi gempuran arus globalisasi, yang dipopulerkan melalui media elektronik dan media cetak. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun bahkan mulai mewajibkan setiap siswanya dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Salah satu di antaranya diwajibkan mempelajari tari Jejer yang merupakan sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi. Itu merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah setempat terhadap seni budaya lokal yang sebenarnya sudah mulai terdesak oleh pentas-pentas populer lain seperti dangdut dan campursari.
Sejak tahun 2000, antusiasme seniman-budayawan Dewan Kesenian Blambangan meningkat. Gandrung, dalam pandangan kelompok ini adalah kesenian yang mengandung nilai-nilai historis komunitas Using yang terus-menerus tertekan secara struktural maupun kultural. Dengan kata lain, Gandrung adalah bentuk perlawanan kebudayaan daerah masyarakat Using.
Di sisi lain, penari gandrung tidak pernah lepas dari prasangka atau citra negatif di tengah masyarakat luas. Beberapa kelompok sosial tertentu, terutama kaum santri menilai bahwa penari Gandrung adalah perempuan yang berprofesi amat negatif dan mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan dan bahkan terdiskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak Desember 200, Tari Gandrung resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi yang disusul pematungan gandrung terpajang di berbagai sudut kota dan desa. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memprakarsai promosi gandrung untuk dipentaskan di beberapa tempat seperti Surabaya , Jakarta , Hongkong, dan beberapa kota di Amerika Serikat
»»  READMORE...

TEORI TERBENTUKNYA BUMI

1.      Teori Apungan benua (Wegener)
Semua daratan berasal dari satu benua besar yang disebut pangea. Asumsinya didasari oleh:
a.      Terdapat  kesamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur Benua Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan Afrika.
b.      Bentangan-bentangan samudra dan benua-benua mengapung sendiri-sendiri.
c.       Batas Samudra Hindia semakin mendesak ke utara. Anak benua India semakin menyempit dan makin mendekati ke Benua Eurasia, sehingga menimbulkan lipatan Pegunungan Himalaya.
d.      Green land semakin mendekat ke Amerika Utara

2.      Teori Kontraksi
Bumi telah mengalami pendinginan dalam jangka waktu yang sangat lama. massa yang sangat panas bertemu dengan udara dingin membuatnya mengerut. Zat yang berbeda-beda menyebabkan pengerutan yang tidak sama antara 1 tempat dan tempat lain (James Dana dan Elie Baumant)

3.      Teori Laurasia-Gondwana
Muka bumi selalu mengalami perubahan atau perkembangan. Perubahan ini terus berlangsung hingga kini, ditunjukan dengan adanya pergeseran daratan (benua). Jika dirunut pada sejarah masa lalu, sebenarnya benua-benua di muka bumi pernah berkumpul menyatu, menjadi sbuah benua besar (supercontinent) bernama Laurasia di utara, dan Gondwana di selatan. Kedua benua ini secara perlahan-lahan bergerak ke arah ekuator. Rotasi bumi membuat sebagian benua terakumulasi di daerah ekuator dan bumi barat. Pada perkembangannya, benua ini pecah dan memisah saling menjauh. Dan membentuk kondisi seperti sekarang ini (5 benua).(Eduard Suess)

4.      Teori lempeng tektonik
 Teori ini adalah yang paling masuk akal dan diterima diseluruh dunia oleh ahli geologi. Bumi dan lapisan litosfer mengapung diatas astenosfer, sehinga dianggap satu daerah yang saling berhubungan karena adanya aliran konveksi yang keluar di bagian tengah dasar samudra.
»»  READMORE...

TENAGA PEMBENTUK MUKA BUMI

Tenaga pembentuk muka bumi terdiri dari tenaga endogen dan eksogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga endogen ini mempengaruhi bentuk relief permukaan bumi. Tenag endogen dengan arah vertical mengakibatkan tonjolan permukaan bumi berupa kubah (dome) sedangkan tenaga endogen dengan arah horizontal mengakibatkan lipatan-lipatan (fold) atau retakan-retakan bahkan patahan (fault).

 Secara umum, tenaga endogen dapat dibedakan atas tenaga tektonik , tenaga vulkanik, dan gempa. Sebenarnya, ketiga tenaga tersebut merupakan sutau rangkaian proses yangterjadi pada kulit bumi (litosfer) yangdapat diterangkan oleh suatu teori tentang dinamika bumi yang saat ini tengah berkembang dengan pesat, yaitu teori tektonik lempeng . 

1. Tektonisme
 Menurut Haartman yang dimaksud dengan tenaga tektonisme adalah dislokasi yang terjadi pada batuan di dalam bumi. Dislokasi adalah perubahan posisi atau letak dari komplek batuan, baik yangmengakibatkan putusnya hubungan antar batuan atau tidak. Umumnya bentuk hasil kerja dari tektonisme adalah berupa lipatan dan patahan. Tektonisme terbagi dua hal , yaitu gerak Epirogenesa dan gerak Orogenesa.

 A. Epirogenesa adalah  pergeseran kulit bumi yang berlangsung dalam waktu yang lama, gerakannya lambat, dan meliputi daerah yang luas. Epirogenesa ada dua macan :
 • Epirogenesa positif adalah gerakan yang ditimbulkan menuju ke dalam bumi /penurunan.penyebabnya adalah tambahan beban, misalnya adanya sedimen yang sangat tebal dan sebagainya, sehingga lautan seakan-akan naik.
 • Epirogenesa negative adalah gerakan yangditimbulkan menuju keluar atau keatas, biasanya berupa pengangkatan . penyebabnya adalah pengurangan beban lapisan kerak bumi, misalkan lapisan es mencair sehingga laut seakan-akan turun. Contoh : pantai Stockholm, naik rata-rata 1m/ 100 tahun (Dr. Ir. H. M. Munir, MS. Geologi dan Mineralogy tanah, hal 124)

 B. Orogenesa adalah gerakan pergeseran lapisan kulit bumi dengan arah vertikan (domes=gunung) dan horizontal dengan gerakannya relative cepat pada wilayah yang sempit. Gerakan ini menghasilkan gunung, patahan, dan lipatan. 
1) Lipatan 
Bentuk lipatan terjadi karena tenaga endogen kearah lateral (mendatar) dan dua arah yang berlawanan. Apabila terjadi bentuk lipatan maka akan ditemukan antiklinal atau puncak lipatan dan sinklinal atau lembah lipatan. Contohnya pegunungan-pegunungan tua seperti pegunungan Ural dan Allegana yang terjadi pada zaman primer dan pegunungan muda seperti rangkaian pegunungan Mediterania dan sirkum pasifik yang terjadi pada zaman tersier. Rangkaian pegunungan Mediterania adalah lipatan pegunungan yang dimulai dari pegunungan Atlas, Alpen, Balkan, Asia Muka, Himalaya, Hindia Belakang, Sumatra, jawa, Nusa Tenggara, sampai Maluku. Sirkum pasifik adalah rangkaian atau lipatan pegunungan yang memanjang daripantai pasifik, amerika, jeparang, Filipina, irian, Australia, sampai selandia baru. 

Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya, lipatan dibedakan menjadi : 
-Lipatan tegak

-Lipatan miring 
-Lipatan menggantung 
-Lipatan isoklin
-Liatan rebah 
-Lipatan kelompok





2) Patahan atau retakan adalah bentuk alam sebagai akibat aanya proses patahan pada lapisan batuan pembentuk kulit bumi. Proses patahan umumnya relaitf cepat sehingga batuan yang terkena tekanan umumnya relaitf cepat sehingga batuan yang terkena tidak melipat melainkan timbul retakan-retakan yang akhirnya membentuk patahan. Proses pematahan lapisan batuan pembentuk kulit bumi disebut sesar. Berdasarkan arah datangnya tekanan, patahan dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut: 
a) Patahan (sesar) akibat tekanan dengan arah horizontal saling menjauh. 
 Akibat tenaga ini akan mengakibatkan hal berikut : 
1) Slenk (graben) , yaitu lapisan batuan yang terletak lebih rendah daripada daerah sekelilingnya.
 2)Horst, yaitu lapisan batuan yang lebih tinggi daripada daerah sekelilingnya. 

b) Patahan (sesar) sebagai akibat tekanan yang berarah vertical
Akibat tekanan tersebut, bagian kulit bumi yang menggembung disertai dengan retakan-retakan. Akibta gaya gravitasi, salah satu bongkahan batuan akan mengalami pemerosotan dan membentuk graben/slenk atau lembah patahan dan bagian lain membentuk puncak patahan atau horst. Apabila tidak menimbulkan patahan akan menghasilkan suatu cembungan yang dinamakan kubah/dome. Akibatnya akan terjadi basin apabila mengalami penurunan pada daerah tersebut.

 c) Patahan (sesar) sebagai akibat dari tekanan yang berarah horizontal yang berlawanan arah. Akibat tekanan tersebut menimbulkan pergeseran yang disebut dengan sesar mendatar.
»»  READMORE...