Bukti kronologis masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya agama Islam ke Nusantara
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa pendapat tentang kapan
masuknya agama Islam ke Nusantara berdasarkan temuan-temuan atau
bukti-bukti sejarah.
Beberapa sumber informasi tentang awal masuknya agama Islam ke Nusantara antara lain sebagai berikut :
1. Abad ke -7 Masehi
Sumber sejarah yang menginformasikan Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi adalah sebagai berikut :
a.
Berita Cina Zaman Dinasti Tang yang menerangkan bahwa pada tahun 674 M, orang-orang Arab telah menetap di Kanton. Groeneveldt
berpendapat bahwa pada waktu yang sama kelompok orang Arab yang
beragama Islam mendirikan perkampungan di pantai barat Sumatera.
Perkampungan tersebut namanya Barus/Fansur.
b.
Pada waktu Sriwijaya
mengembangkan kekuasaan sekitar abad ke- 7 dan 8, para pedagang
Muslim telah ada yang singgah di kerajaan itu sehingga diduga
beberapa orang di Sumatera telah memasuki Islam.
c. Pada tahun 674 M, Raja Ta-Shih mengirim duta ke kerajaan Holing untuk membuktikan keadilan, kejujuran dan ketegaran Ratu Sima.
2. Abad ke -13 Masehi
Sumber sejarah yang menyatakan Agama Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M adalah sebagai berikut :
a. Catatan perjalanan Marcopollo
yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M
dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam.
b. Ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai Sultan Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297 M
c. Berita Ibnu Batutah
dari India. Dalam perjalanannya ke Cina, Ibnu Batutah singgah di
Samudra Pasai pada tahun 1345 M. Ia menceritakan bahwa Raja Samudra
Pasai giat menyebarkan Agama Islam.
3. Abad ke -15 Masehi
Sumber sejarah yang menyatakan Agama Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-15 M adalah sebagai berikut :
a. Catatan Ma-Huan
seorang Musafir Cina Islam, memberitakan bahwa pada abad ke-15 M
sebagian besar masyarakat Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk Islam.
b. Pemakaman muslim kuno di Troloyo dan Trowulan. Makam yang berangka tahun 1457 M membuktikan adanya bangsawan Majapahit yang sudah memeluk Agama Islam pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
c. Makam salah seorang Wali Songo di daerah Gresik. Pada batu nisannya tertulis nama Malik Ibrahim (Bangsa Persia) yang wafat pada tahun 1419 M.
d . Suma Oriental dari Tome Pires, catatan musafir Portugal ini memberitakan mengenai penyebaran agama Islam. antara tahun 1512 M sampai tahun 1515 M di Sumatera, Kalimantan, Jawa sampai sampai Kepulauan Maluku.
Golongan pembawa Islam di Nusantara
Adanya
interaksi antara pedagang dari penjuru dunia dengan intensitas yang
tinggi, memunculkan beragam teori mengenai siapakah sebenarnya yang
memperkenalkan Agama Islam kepada penduduk Nusantara. Proses masuk dan
berkembangnya agama Islam di Nusantara menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Menemukan sejarah, wacana pergerakan Islam di Indonesia, terdapat
tiga teori yang memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya
Islam ke Nusantara, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa
agama Islam ke Nusantara.
Adapun ketiga teori tersebut yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Nusantara antara lain sebagai berikut :
a. Islam datang dari Arab (teori Mekah)
b. Islam datang dari Gujarat (teori Gujarat)
c. Islam datang dari Persia (teori Persia) .
1. Islam datang dari Arab ( teori Mekah )
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Dasar teori ini adalah :
Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 M
dipantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab)
dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan
perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii,
dimana pengaruh mazhab Syafii terbesar pada waktu itu di Mesir dan
Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
Raja-raja samudra Pasai menggunakan gelar Al-Maliki yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Mekah ini adalah Buya Hamka, Alwi Shihab, Ahmad Mansur Suryanegara, Fazlur Rahman, Crawford, Niemann, De Holander.
Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad ke-13
sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya Agama Islam ke
Nusantara terjadi sebelumnya yaitu abad ke-7 M dan yang berperan
besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
2. Islam datang dari Gujarat ( teori Gujarat )Pendapat ini
dikemukakakan oleh Soetjipto Wirjosoeparto dan Christian Snouck
Hurgronje dari Belanda. Ia berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara
bukan dari Arab. Melainkan dari Gujarat/India. Hubungan langsung antara
Nusantara dan Arab baru terjadi pada masa kemudian yaitu contohnya
hubungan utusan dari Mataram dan Banten ke Mekah pada pertengahan abad
ke-7 M. Pendapat tersebut didasarkan pula kepada unsur-unsur Islam di
Nusantara yang menunjukkan persamaannya dengan India. Menurut pendapat
Prof. DR. Azyumardi Azra (Direktur Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah), teori Gujarat yang dipopulerkan oleh Snouck Hurgronje
tidak benar. Dia mengatakan Islam dibawa oleh pedagang yang datang dari
Gujarat pada abad ke- 12 atau abad ke-13. Padahal masa itu, Gujarat
dikuasai oleh kerajaan Hindu yang kerap mengusir kapal-kapal pedagang
muslim yang disanggah.
3. Islam datang dari Persia (teori Persia)
Teori ini berpendapat bahwa Islam
masuk ke Nusantara abad ke-13 M dan pembawanya berasal dari Persia
(Iran). Teori ini mengungkapkan adanya kesamaan budaya yang dimiliki
oleh beberapa kelompok masyarakat Islam Nusantara dengan penduduk
Persia. Misalnya peringatan hari Asyura (10 Muharam) atas meninggalnya
Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad, yang sangat dijunjung oleh orang
Syi’ah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan
upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan
bubur Syuro, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf
Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat. Baris atas disebut Jabar, bawah disebut Ajer, dan depan disebut Pes, sedang dalam bahasa Arab ejaan itu disebut Fathah, Kasrah dan Dhommah. Didalam tulisan Arab, Sin bergigi sedangkan dalam tulisan Persia tidak bergigi sementara itu, Oemar Amir Hoesin mengatakan bahwa di Persia terdapat suku bangsa ”Leren”.
Beliau inilah yang dahulu datang ke tanah Jawa sebab di Giri terdapat
Kampung Leran, dan nisan Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.
Pendukung teori Persia adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat, Haji Muhammad Said, J.C. Van Leur, M. Dahlan Mansur dan Haji Abu Bakar Aceh.
Peran penyebaran Islam di Nusantara
Proses persebaran pengaruh Islam di Nusantara
berjalan dengan lancar. Hal itu terbukti dari wilayah persebaran yang
luas, mencakup hampir seluruh kepulauan Nusantara.
Penyebabnya antara lain sebagai tersebut :
- Agama Islam yang menyebar di Nusantara
disesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia dan dalam
penyebarannya dilakukan dengan damai tanpa kekerasan.
- Agama Islam tidak mengenal sistem kasta dan menganggap semua manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT.
- Upacara-upacara dalam Agama Islam sangat sederhana bila dibandingkan dengan Agama lainnyaa.
- Faktor politik ikut memperlancar penyebaran
Agama Islam di Nusantara, yaitu keruntuhan kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit sebagai kerajaan Budha dan Hindu di Nusantara.
- Syarat-syarat masuk agama Islam sangat
mudah.Seseorang telah dianggap telah masuk Islam bila ia telah
mengucapkan dua kalimat syahadat
Dari faktor penyebab tersebut diatas agama Islam dapat diterima oleh bangsa Indonesia tidak terlepas dari :
-
Peranan para pedagang.
- Peranan para ulama/Wali
1. Peranan Pedagang
Awal penyebaran Agama Islam di Nusantara tidak lepas dari peran para pedagang. Para
pedagang yang berdatangan di Nusantara berperan sebagai pedagang dan
ulama (orang yang memahami ajaran Islam) Oleh karena itu, selain
menjalankan profesi berdagang mereka juga menyebarkan Agama Islam. Mereka amat giat memperkenalkan nilai-nilai Islam ke seluruh penduduk. Para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia
yang datang ke Nusantara berupaya mencari simpati dari masyarakat
setempat. Melalui hubungan yang saling terbuka diantara raja, bangsawan,
pedagang dan masyarakat setempat maka terjadilah perubahan sosial baik
secara vertikal maupun horizontal.
Perubahan sosial secara vertikal ditandai dengan banyaknya pedagang Islam yang memperoleh keuntungan dari kegiatan dagangnya. Para
pedagang tersebut memiliki kekayaan yang cukup banyak sehingga mampu
meningkatkan status sosialnya. Menurut perjalanan Tome Pires yang
mengunjungi pelabuhan Tuban dan Gresik pada tahun 1514 terdapat pedagang
Islam yang kaya dan penguasa-penguasa di pelabuhan. Oleh karena itu
para pedagang di pelabuhan Tuban dan Gresik memiliki otonomi yang kuat
dan disegani oleh penguasa Majapahit. Islam dan
dagang merupakan dua hal yang tidak dipisahkan pada zaman ramainya
perdagangan di perairan Nusantara abad ke-12 – ke-17.
2. Peranan Ulama/Wali
Selain para pedagang peran ulama dan Wali
sangat besar dalam percepatan proses penyebaran Islam. Mereka
menyebarkan agama Islam melalui langgar, surau/madrasah. Madrasah yang
tersohor pada waktu itu seperti di Ampel, Giri, Tuban, Kudus dan Demak.
Para ulama yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di Jawa
adalah Wali Sanga atau Wali Sembilan. Wali adalah seorang Islam
yang tinggi budi pekertinya dan tinggi dalam ilmu agamanya.Wali adalah
sebutan bukan nama. Disamping mempunyai peranan yang sangat besar dalam
penyebaran agama Islam di Jawa. Wali Sanga juga berperan sebagai
penasihat raja dan pendukung raja-raja Islam yang berkuasa, bahkan ada
yang menjadi raja, seperti Sunan Gunung Jati.
Adapun nama-nama Wali Sanga berikut perjuangannya dalam penyebaran agama Islam di berbagai daerah adalah sebagai berikut; Maulana
Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Drajad, Sunan Bonang, Sunan Giri,
Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.
Penyebaran agama Islam di Jawa selain dilakukan oleh Wali Sanga juga dilakukan oleh para ulama, seperti Syekh Siti Jenar (Demak), Sunan Tembayat (Klaten), Syekh Yusuf (Banten), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Panggung (Tegal), dan Syekh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Syekh Burhanuddin (Minangkabau), Syekh Abdurrauf Al Fanhury ( Aceh ).
Islam selain berkembang pesat di Pulau Jawa juga berkembang di pulau lainnya di Indonesia. Dakwah Islam itu juga dilakukan oleh beberapa ulama besar, seperti; Datori Bandang (Gowa, Makassar), Dato Sulaiman (Sulawesi Tengah dan Utara), Tuan Tunggang ri Parangan (Kalimantan Timur) dan Penghulu Demak (Banjarmasin dan Kalimantan Selatan).
»» READMORE...