Label

Jumat, 14 Desember 2012

PELANGI CINTA AISYAH

PELANGI CINTA AISYAH
Cerpen Mas Jolang
Minggu, 18 Maret 2012


Rintik hujan turun sore itu. Sepasang mata bola menerawang jauh di balik jendela kaca rumah kecil. Diam, tak bergerak. Pandangan pun menerobos jauh tak menentu.
“Aisyah.. Aisyah..” suara parau terdengar dari luar kamar, dan menyadarkan lamunan panjang gadis itu…
“iya abah” jawab aisyah seraya bergegas keluar dari kamarnya yang sempit.
“ ada apa bah” jawab aisyah setelah sampai diruang tamu.
“kamu tidur aisyah? Dipanggil dari tadi tidak jawab” Tanya abahnya sedikit membentak.
“tidak bah”
“kamu melamun ya? Atau memikirkan lagi laki-laki tak bertanggung jawab itu?”Tanya abahnya lagi.
Aisyah hanya terdiam mendengar perkataan abahnya barusan.
“buat apa kamu memikirkan lelaki itu? Jelas-kelas dia sudah lupa dengan kamu” bentak abahnya lagi.
“bang fahri bukan orang seperti itu bah, bang fahri pergi kan juga buat kepentingan kami bah” aisyah melakukan pembelaan.
“alah, tai kucing! Kalau dia tidak seperti itu, harusnya dia sudah dating dan melamar kamu sekarang. Tapi buktiya apa? Satu surat saja tidak pernah sampai kepadamu sekadar memberi kabar. Atau jangan-jangan dia sudah melupakanmu dan mendapat gadis baru disana” abahnya kembali bersuara.
“abah kanapa bilang seperti itu bah?” jawab aisyah.
“ahh, sudahlah. Mulai sekarang lupakan fahri karena 2 minggu lagi aka nada anak kenalan abah yang kemari untuk ta’arufan denganmu dan membicarakan lamaran”
“abah.! Aisyah cuma mencintai bang fahri bah”
“ sudahlah, abah tidak mau tahu, karena menurut abah itu yang terbaik buatmu” sanggah abahnya yang kemudian meninggalkannya diruang tamu bersama uminya.

Aisyah hanya terdiam, tampak butiran airmata meleleh dari matanya yang bulat..uminya mendekati dan mengelus kepala aisyah yang ditutupi kerudung.
“ aisyah, umi mengerti perasaan mu. Tapi abah juga tidak salah, dia bermaksud baik karena tidak ingin melihatmu menderita. Apalagi umurmu juga sudah cukup untuk menikah. Tahu sendiri kan bagaimana pandangan orang kampong terhadap gadis yang telat meikah ?
“ entahlah umi, aisyah ingin berfikir dulu.”
“aisyah ke kamar dulu” jawab aisyah lagi dan meninggalkan umu sendiri.

Sesampainya dikamar, tangis aisyah pun pecah meski tanpa suara. Buliran air mata semakin deras mengalir di pipinya yang kuning dan bersih. Sejanak ia pandangai foto fahri kekasihnya. Lelaki yang sudah sejak 3 tahun mengisi hatinya. Ia usap berulang kali foto tersebut..
“bang fahri, aisyah rindu bang, kenapa abang tidak juga mengirim kabar? Sebenarnya abang pergi kemana bang ?” ratap aisyah.
Lama aisyah memandangi foto kekasihnya. Memorinya pun kembali pada kenangan 2 tahun lalu sebelum lelaki itu pergi meninggalkanya.
Masih lekat diingatanya saat bersama fahri, memadu kasih diatas bukit dekat rumahnya, berjalan-jalan melewati pematang sawah, atau saat ia duduk di bonceng sepeda fahri berkeling kampung atau kepasar

Hari telah beranjak petang, malam pun tiba di dusun. Namun hujan yang mengguyur dari sore belum juga reda, bahkan bertambah lebat. Aisyah masih belum juga beranjak dari depan foto kekasihnya.
“aisyah, kamu tidak makan nak?” suara umi membuyarkan lamunan panjang aisyah akan fahri.
“masih belum lapar umi”jawab aisyah dari dalam kamar.
“ya sudah, tapi jangan lupa sholat nak” kata umi lagi yang kemudian meninggalkan pintu kamar aisyah.

Entah sampai berapa lama aisyah tertegun, mengingat semua yang telah dilewatinya bersama fahri sampai pada akhirnya ia pergi meninggalnya. Hujan masih mengguyur diluar, memberikan musik malam lewat tetesan air yang jatuh pada genteng rumah dan daun-daun pohon disamping rumah aisyah. Pagipun menyambut meski gerimis kecil mewarnai hari itu. Rumah asiyah tampak sepi, hanya ada aisyah sendiri di rumah. Abah dan umi sudah berangkat kepasar untuk berdagang, tinggal aisyah sendiri yang mengurus rumah setiap kedua orang tuanya ke pasar. Seperti pagi ini, aisyah sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya. Setelah itu aisyah duduk di kursi dan kembali ia hanya terdiam. Sesekali helaan nafas panjang keluar darinya.
“bang, kenapa lama sekali, kenapa abang tak pernah memberi kabar pada  aisyah?” katanya lirih.
“bang, haruskah aisyah mengakhiri semuanya? Mengikuti kemauan abah?
“Atau jangan-jangan benar yang dikatakan abah” aisyah berbicara sendiri.
“ahhh.. tidak, bang fahri bukan orang yang seperti itu. Aisyah percaya pada bahwa abang akan datang kembali.”
“bang fahri melakukan itu demi kita” katanya lagi
Sejurus kemudian ingatannya kembali pada sore itu, manakala keduanya berada di bukit menikmati pelangi yang muncul setelah hujan. Pertemuan terakhir diantara mereka sampai pada akhirnya sudah 2 tahun berlalu.
“aisyah, maafkan aku. Aku tahu kamu mencintaiku, tapi aku harus pergi”
“ maksud abang apa?tanya aisyah.
“mulai sekarang kita harus berpisah. Aku tahu cintamu tulus padaku, demikian juga aku. Tapi itu saja tidak cukup. Dan itu juga yang ada difikiran abah. Karena itu aku harus pergi aisyah”
“ tidak bang, aisyah tidak mau” sambil menangis aisyah menjawab kekasihnya.
“aisyah tidak ingin apapun, hanya cinta bang fahri saja sudah cukup buat aisyah”
“bang fahri tahu aisyah, tapi dimana tanggung jawab abang nanti. Aku tak pernah marah dengan abah. Abah benar, pasti dia ingin anak gadisnya dapat yang terbaik, jadi besok bang akan merantau dulu”
“ tapi bang, aisyah takut. Aisyah takut abang akan pergi untuk selamanya dan tak akan pernah kembali pada aisyah” rengek aisyah meminta fahri untuk tak pergi.
“jangan khawatir aisyah, abang pasti kembali. Aku pasti akan pulang dan kembali padamu”
“tapi untuk berapa lama bang ?aisyah tak tahu pa aisyah kuat? Aisyah memandangi wajah kekasihnya.
“percayalah aisyah. Kita pasti bisa. Aku tahu ini sulit buatmu, demikian juga dengan abang. Tapi ingat aisyah, abang akan berjuang demi kamu. Jadi percayalah, percayalah pada hatiku, percayalah pada cintamu. Insyaalah semua akan baik-baik saja dan indah saatnya nanti buat kita.” Fahri berusaha meyakinkan aisyah dan memeluknya untuk beberapa saat.
“bang, kalau boleh memilih, aisyah ingin seperti ini bang, berdua selamanya. Jadi aisyah mohon jangan pernah pergi mesti itu untuk aisyah” kembali aisyah memohon.
“ dengarkan abang aisyah, kamu lihat pelangi itu?” kata fahri sambil menunjukkan pelangi pada aisyah.
“iya bang, aisyah lihat. Indah ya?
“seperti  pelangi itu aisyah, cinta kita akan indah seperti pelangi itu. Dan ingatlah, selama pelangi itu masih berwarna, selama itu pula masih ada cinta dihatiku untukmu aisyah. Jadi tunggulah abang aisyah”
“ baik bang, aisyah percaya pada abang” jawab aisyah..
Setelah pelangi menghilang merekapun pulang, dan setelah itu tak pernah sekalipun aisya bertemu dengan fahri.

Waktu terus beranjak. Sudah hampir jam 9 pagi tapi gerimis belum juga reda. Kala itu memang musim hujan, jadi takmheran kalau hujan juga betah sekali untuk berlama-lama membasahi bumi setelah lama menantikan hujan karena kemarau. Tak lama kemudian gerimis pun berhenti dan matahi memampakkan dirinya menyinari dusun yang sedari kemarin sore diguyur langit yang menangis.
“ ah, sudah reda. Pasti sebentar alagi ada pelangi” gumam aisyah.
“Sebaiknya aku ke bukit, menikmati pelangi” aisyah berbicar sendiri dan segera bergegas ke bukit untuk menikmati pelangi.
“ pohon itu, pohon tempat kami bersandar waktu itu” katanya kembali.
Lama ia memandangi pelangi yang semakin lama semakin jelas warnanya.
“bang fahri, andaikan abang ada disini sekarang” aisyah kembali bergumam sambil memandangi pelangi. Sesaat kemudian ia seperti melihat wajah fahri tersenyum diantara warna-warna pelangi. Mengingatkannya kembali akan kenangan itu, dan kemudian ia berdiri ia tersenyum seraya berkata seolah kepada pelangi itu. Sejurus kemudian ia berteriak.
“ baiklah bang, aisyah percaya pada abang, aisyah masih melihat pelangi itu. masih ada 7 warna pada pelangi itu bang, aisyah percaya masih ada cinta dihati bang fahri untuk aisyah. Abang tak usah khawatir, aisyah akan menunggu abang  disini meski itu untuk waktu yang lama. Aisyah hanya untuk bang fahri” teriak aisyah yang kemudian diikuti tangisnya yang memecah kesunyian bukit dipagi itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar